Dalam kacamata Baudrillard, pada era postmodern masyarakat konsumen semakin tunduk pada begitu banyak pencitraan. Barang-barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak sepenuhnya berhubungan dengan kebutuhan aktual.
Selebritis lebih sering tampil di acara televisi diberbagai acara dan membintangi sinetron tertentu, bahkan mereka pun ada yang memiliki fans atau penggemar berat. Sehingga, hal ini memudahkan mereka untuk bisa lebih dikenal oleh masyarakat.
Micro-celebrity yang diposisikan sebagai pengguna media baru, menjadi salah satu bentuk demotic turn yang meningkatkan visibilitas ‘orang awam’ yang mengubah dirinya menjadi konten media melalui kultur selebriti, terkhusus melalui media online (Turner, 2010).
Bahkan bagi masyarakat awam yang tidak memiliki wawasan tentang politik, apatis terhadap politikdan tidak mengetahui atau tidak mengenal calon-calon yang mereka pilih, apakah cagubnya, calegnya maka dapat dengan mudahnya mereka memilih calon dari kalangan selebritis.
Sebagai identitas terkait dengan profesi keartisannya, selebritis yang masuk dunia politik menganggap memiliki sensitivitas, dan estetika yang kuat sehingga mampu merespon aspirasi dan berbagai permasalahan “seni dan budaya” di masyarakat, karena pengalamannya semasa menjadi selebritis hiburan.