Penilaian siswa dilakukan secara online, dengan banyak “trial” (percobaan) dan sistem yang error, ketidakpastian dan kebingungan di antara guru, siswa serta orang tua. Pendekatan yang digunakan untuk melakukan ujian online beragam sesuai dengan kenyamanan dan keahlian pendidik dan kompatibilitas pelajar. Tindakan yang tepat untuk memeriksa plagiarisme belum dilakukan di banyak sekolah dan institusi karena jumlah siswa yang besar. Bergantung pada durasi penundaan atau pembatalan seluruh penilaian ujian mungkin merupakan kemungkinan yang suram. Berbagai ujian misalnya seperti ujian tingkat universitas, ujian perekrutan pekerjaan dan ujian masuk telah ditunda di beberapa negara karena wabah COVID-19 dan penutupan sekolah dan perguruan tinggi nasional. Berbagai ujian masuk universitas juga telah ditunda dan dijadwalkan ulang. Sistem pendidikan di sekolah, perguruan tinggi dan universitas di seluruh dunia telah terkena dampak parah karena situasi yang sedang terjadi.
Beberapa siswa mungkin mendapat manfaat dari gangguan tersebut. Misalnya di salah satu negara besar yaitu Norwegia, telah diputuskan bahwa semua siswa kelas 10 akan diberikan gelar sekolah menengah. Adapun sebuah studi yang dilakukan di Prancis menunjukkan bahwa tahun 1968 sudah mengabaikan prosedur ujian normal di Prancis, setelah kerusuhan pelajar, menyebabkan konsekuensi positif pasar tenaga kerja jangka panjang untuk kelompok yang terkena dampak.
Waktu sekolah juga meningkatkan keterampilan dan kesadaran sosial selain menyenangkan bagi anak-anak. Ada dampak ekonomi, sosial dan psikologis pada kehidupan siswa ketika mereka jauh dari jadwal sekolah yang normal. Banyak dari siswa ini sekarang telah mengambil kelas online, menghabiskan waktu tambahan di platform virtual, yang membuat anak-anak rentan terhadap eksploitasi online. Waktu yang dihabiskan untuk pembelajaran online yang meningkat dan tidak terstruktur telah membuat anak-anak terpapar konten yang berpotensi berbahaya dan berisi kekerasan serta resiko yang lebih besar dari penindasan maya. Penutupan sekolah dan tindakan penahanan yang ketat mengartikan bahwa banyak keluarga telah mengandalkan teknologi dan solusi digital untuk membuat anak-anak tetap terlibat dalam pembelajaran, terhibur, dan terhubung dengan dunia luar, namun tidak semua anak memiliki pengetahuan, keterampilan dan sumber daya yang cukup untuk menjaga diri mereka tetap aman.