Kemudian disusul dengan dirayu yang mendapat 22,5%, dibunuh sebanyak 6,1% kemudian diberi obat bius sejumlah 5,1%. Dapat disimpulkan, bahwa pelaku lebih sering menjalankan aksinya dengan diikuti oleh tindak kekerasan. Korban kekerasan seksual merupakan korban praktik kekerasan yang dilakukan oleh pelaku. Kekerasan dipilih guna untuk menundukan korban dan tidak memberi korban pilihan selain untuk tunduk dan patuh terhadap keinginan pelaku.
Kasus kekerasan seksual banyak yang tidak berdiri sendiri. Seringkali, kasus kekerasan seksual dibumbui dengan kejahatan yang lain seperti perampokan, pembunuhan, penganiayaan, dan sebagainya. Pelaku tindak kekerasan seksual dapat menjadi sangat brutal dan bahkan dapat melakukan hal tidak terduga seperti melancarkan aksinya didepan umum, atau dalam sebuah kasus pelaku justru melakukannya didepan orang tua si korban.
Hal ini dipengaruhi oleh dendam pelaku terhadap keluarga korban dan hasrat ini dilampiaskan dengan cara menodai kehormatan pelaku. Kasus tersebut membawa kita pada pandangan lain mengenai modus operandi pelaku. Pelaku tidak hanya menjadikan kekerasan seksual sebagai tujuan utamanya, namun kekerasan seksual ini merupakan efek lain yang memberi dorongan terhadap pelaku untuk melaksanakan aksinya.
Antisipasi Agar Korban Tidak Mudah Diperdaya
Menurut BAP, modus operandi pelaku lebih cenderung kepada usaha untuk mengajak korban ke tempat sepi yang memperoleh angka hingga 41,94% kemudian disusul dengan dirayu dengan angka 21,5%. Dengan melihat dua modus operandi diatas, dapat kita tarik benang bahwa korban dan pelaku saling mengenal satu sama lain sebelum kejadian terjadi. Merupakan mitos jika membahas mengenai penampilan pelaku yang sering dideskripsikan sebagai orang yang berpakaian seperti preman dan merupakan orang asing justru terkadang salah.
Pelaku kekerasan dan pelecehan seksual justru 90% dikenal oleh korban dan berpenampilan seperti orang baik-baik. Rekan kerja, guru, teman nge-gym, dan bahkan mantan pacar lebih tinggi kemungkinannya untuk menjadi pelaku pelecehan dan kekerasan seksual dibandingkan dengan orang-orang asing.
Mereka menjalankan aksi dengan membuat korban terpedaya sikap baik pelaku. Cara-cara seperti mengajak pulang bersama, mengundang korban ke rumah untuk bermain atau mengajak korban untuk menemaninya keluar merupakan cara yang sangat sering digunakan pelaku. Korban biasanya kemudian digiring ke dalam keadaan yang rawan agar pelaku dapat leluasan melaksanakan itikad buruknya.
Pelecehan dan kekerasan seksual dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan menimpa siapa saja. Sebagai masyarakat kita haruslah merangkul para korban. Penting untuk mendengarkan keluh kesah mereka dan memberi support. Bukan malah berbalik dan menyalahkan mereka atas kasus yang terjadi. Kita juga harus memberi dorongan agar korban melakukan penuntutan terhadap pelaku juga sangat penting guna memberantas dan memberi efek jera pada para pelaku.