Politik dinasti merupakan fenomena yang sebenarnya sudah ada sejak lama. Politik dinasti dapat tumbuh dengan subur dan berkembang pesat karena tidak ada aturan yang membatasi dilakukannya praktik politik dinasti di negara ini. Sampai saat ini Indonesia masih menjadi rumah yang sangat ramah untuk melanggengkan praktik politik dinasti.
Dengan dalih demokrasi, setiap warga memiliki hak yang sama untuk dapat mencalonkan diri sebagai calon pejabat publik, praktik politik ini dapat berjalan mulus tanpa adanya kendala yang berarti. Layaknya sebuah estafet kepemimpinan dalam sebuah kerajaan, politik dinasti menghendaki agar kekuasaan yang dimilikinya saat ini dapat diturunkan secara turun temurun. Misalnya, dalam praktiknya, politik dinasti diturunkan kepada para anggota keluarganya, seperti istri, anak, menantu serta kerabat dekat lainnya yang masih memiliki relasi keluarga.
Cara ini ditempuh dengan maksud untuk terus mempertahankan kekuasaannya serta dapat memjamin keselamatan dirinya dari proses hukum pasca kepemimpinannya berakhir. Sehingga, menjadi sangat penting untuk mencengah terjadinya praktik politik dinasti.
Praktik politik dinasti sudah terjadi hampir pada semua level pemilihan, mulai dari kepala desa, kepala daerah serta jabatan politik lainnya. Banyak para istri kepala desa atau daerah yang dengan sengaja mencalonkan diri setelah masa jabatan suaminya selesai.
Namun, ada beberapa pihak yang memaklumi terjadinya politik dinasti, dengan asumsi bahwa bagaimanapun seorang anak atau istri akan cenderung mengikuti jejak orang tua atau suaminya. Ia dapat tertarik untuk terjun ke dalam dunia politik karena memang telah terpengaruh oleh budaya atau kebiasaan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Ada beberapa dampak yang muncul akibat maraknya praktik politik dinasti yaitu meminimalisir terjadinya kompetisi serta terus melanggengkan proses eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA).
Politik Dinasti dan Minimnya Kompetisi
Sejak proses penciptaan sebenarnya manusia telah melakukan persaingan atau kompetisi. Pada saat proses pembuahan, sel sperma saling berlomba untuk dapat membuahi sel telur. Sperma yang paling unggul dan cepat dialah yang akan terpilih untuk membuahi sel telur karena telah berhasil mengalahkan ribuan sel sperma lainnya.
Begitu juga yang terjadi pada binatang mereka sering melakukan kompetisi untuk memperebutkan sesuatu, seperti pasangan, makanan atau wilayah teritorial.
Bahkan, proses kompetisi juga terjadi pada tumbuhan. Tumbuhan saling melakukan kompetisi untuk memperoleh cahaya, unsur hara yang ada di dalam tanah dan seterusnya. Sehingga, proses kompetisi sebenarnya sudah menjadi kodrat atau sesuatu yang mutlak bagi semua mahluk hidup.
mantab, Boneka Politik