Tentunya, para kontestan calon kepala daerah sudah menyiapkan segala cara jauh-jauh hari demi memenangkan pilkada tersebut. Salah satunya yaitu melalui rekomendasi partai politik sebagai kendaraan taktis dalam bertempur pada Pilkada 2020.
Tentu, bukan hal mudah untuk memperoleh rekomendasi dari suatu partai dan sudah pasti dengan mahar yang cukup tinggi. Sebab, sudah pasti partai politik juga tidak akan memberikan rekomendasi secara cuma-cuma bagi calon yg ingin maju melalui partainya, walaupun mereka adalah loyalis sejati dari partai tersebut. Karenanya, kemampuan finansial dan kedekatan terhadap tokoh pimpinan partai akan menjadi jurus handal untuk memperoleh rekomendasi dari partai tersebut.
Sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia telah melahirkan dinasti politik yang mengancam secara signifikan terhadap semangat sistem politiknya. Dinasti politik di Indonesia bertahan karena adanya keluarga yang menggunakan jaringan patronase dan kekayaan. Tujuannya tak lain adalah melanggengkan kekuasaan politik.
Jika politik dinasti di Indonesia masih terus berlanjut, wajah-wajah baru yang mungkin jauh lebih baik dan mumpuni untuk memimpin daerah tersebut akan tersingkir. Tersingkirnya calon potensial sendirinya oleh calon lain pada dasarnya mengabaikan kepemimpinan dan kemampuan bertata negara memimpin. Melainkan, calon dari politik dinasti mengandalkan modal backup dari penguasa dan tokoh sentral yg mengusungnya, serta ancaman pelanggengan kekuasaan dari pihak tertentu akan terus berjalan.
Masyarakat pada khususnya akan terjebak kepada politik prosedural yang dihasilkan dari politik kekerabatan. Bukan hasil perkawinan dari orang-orang yang berkompeten dalam membawa perubahan.