Baru-baru ini, aktivis yang menyuarakan Papua, Veronica Koman dan Dandhy Dwi Laksono harus berurusan hukum karena pernyataan kritisnya. Jauh sebelumnya ada Budi Pego yang harus dituduh komunis dan berurusan proses hukum karena menolak penambangan emas Tumpang Pitu di Banyuwangi.
Satu hal yang menyatukan keadaan tersebut di atas ditengarai peran media. Tampaknya, media-media di Indonesia masih kurang memiliki posisi kritis dalam menyajikan pemberitaan eksploitasi sumber daya alam. Baru-baru ini, pemberitaan Radar Jember menyajikan pemberitaan yang sangat bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya di Puger. Ini menjadi salah satu indikasi tidak seimbangnya informasi media.
Media di Jember
Pada 27 Mei 2019, Radar Jember memberitakan kebaikan PT. Semen Imasco yang membangun jalan aspal bagi masyarakat. Faktanya, berdasarkan informasi masyarakat di lapangan, pembangunan jalan aspal ditengarai protes masyarakat atas kebisingan pembangunan PT. Semen Imasco yang hanya berjarak sekitar 10 meter dari pemukiman masyarakat. Protes tersebut dilayangkan oleh masyarakat dengan mengumpulkan tanda tangan dengan menuntut ganti rugi. Hasilnya, PT. Semen Imasco melakukan pembangunan jalan sebagai reaksi dari protes masyarakat tersebut.
Keterbatasan media yang memberikan pencerahan dan keberimbangan informasi tersebut dibarengi semakin suburnya buzzer. Belakangan ini, buzzer memiliki peran strategis dalam memainkan media masa dengan menambahkan sumber rujukan yang berpihak pada kepentingan pemerintah dan oligarki. Kenyataan-kenyataan demikian menjadi tantangan baru terhadap kebebasan pers di Indonesia dan persepsi publik yang partisan terhadap informasi yang sesungguhnya terjadi di lapangan.