Desain itu disebut sudah mendapat persetujuan Presiden Joko Widodo, setelah mengalami delapan kali revisi. Desain istana terpilih menyerupai burung garuda, posisi gedung berada di atas bukit dengan ketinggian 88 mdpl dan tinggi sayap garuda mencapai 170 meter. Selain itu, arsitektur juga harus mempertimbangkan penghematan energi, sumber daya alam, pengurangan emisi gas rumah kaca, hingga isu lingkungan dan sosial.
Berkaca pada Proyek Hambalang
Meski berbeda rezim, pemerintah perlu berwaspada mengenai kemungkinan terburuk dari ambisi pembangunan ini. Pemerintah perlu berkaca dari proyek Hambalang. Proyek yang berujung pada kasus korupsi ini sedianya akan digunakan sebagai pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sarana Olahraga Nasional (P3SON).
Hambalang yang dibangun pada Periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan menjadi pusat latihan atlet-atlet elite Indonesia akhirnya mangkrak bertahun-tahun. Proyek ini menyedot anggaran sebesar Rp 2,5 triliun. KPK mengendus praktik korupsi dalam pembangunannya.
Sejumlah kader Partai Demokrat menjadi tersangka dalam kasus korupsi ini. Mereka adalah eks Menpora era Presiden SBY Andi Mallarangeng, eks Direktur Operasional PT Adhi Karya Tbk Teuku Bagus Mukhamad Noor, hingga eks Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Kerugian negara akibat proyek Hambalang ini mencapai Rp 706 miliar. Hingga saat ini bangunan di area proyek tersebut mangkrak tak dipergunakan untuk apapun.
Pemerintah mesti belajar dari sejarah praktik korupsi ambisi pembangunan. Meskipun berbeda rezim pada nyatanya telah terlihat antara ambisi dan urgensi yang tidak terlalu terlihat pada pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan.
Bayangkan, proyek Hambalang beranggaran Rp 2,5 triliun dikorupsi sedemikian rupa oleh elite politik. Bagaimana dengan IKN yang membutuhkan dana serratus kali lipat? Untuk itu pemerintah mesti berhati hati dalam ambisi pembangunan negara terutama yang menggunakan APBN.