MK mengatakan bahwa akan mengurangi terjadinya konflik atau gesekan yang belum terwujud karena masyarakat malah terpecah menjadi dua kubu. Tidak asing kan dengan istilah cebong dan kampret? Seperti yang diketahui, sudah banyak kejadian yang kurang mengenakkan di masyarakat akibat munculnya dua istilah ini. Mulai dari saling sindir hingga ada baku hantam.
Pelaksanaan pemilu serentak di luar negeri juga mengalami sebuah kendala. Mulai dari kendala jadwal pencoblosan dengan durasi terbatas ataupun kehabisan surat suara. Hal tersebut mengakibatkan banyak warga negara yang tidak dapat menggunakan hak suaranya.
Apakah sistem pemilihan pada pemilu serentak dapat dikatakan baik?
Bicara tentang sistem pemilihan, tentunya harus mengapresiasi kinerja dari para petugas dalam penyelenggaraan pemilu kali ini, seperti Hansip, Polisi, Bawaslu, Petugas KPPS, dan lain-lain. Terutama para petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara). Tenaga serta energi mereka keluarkan secara totalitas selama pencoblosan dan penghitungan suara. Bahkan mereka rela tidak tidur sampai penghitungan suara selesai. Bekerja dari pagi hingga bertemu pagi lagi. Bagi petugas KPPS, pemilu serentak yang baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia ini membuat jam untuk mereka bekerja menjadi bertambah karena tidak hanya menghitung jumlah suara Presiden dan Wakil Presiden, tetapi mereka harus menghitung suara para calon anggota legislatif DPR RI, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota yang dimana jumlahnya sangat banyak.
Banyak petugas KPPS yang kelelahan bahkan sampai ada yang meninggal dunia karena mengurusi pesta demokrasi 5 tahunan ini. Di sisi lain, petugas Kepolisian sebanyak 20 orang lebih meninggal akibat mengawal dan menjaga proses panjang dari pesta demokrasi ini. Namun, pemerintah juga masih menyelidiki penyebab pasti dari banyaknya petugas KPPS yang meninggal yang jumlahnya sekitar 400 orang.
Banyaknya petugas KPPS yang meninggal menuai banyak respon dari masyarakat, khususnya di media sosial. Banyak orang bertanya-tanya apa penyebab banyaknya petugas KPPS jatuh sakit bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Tentu itu telah menjadi takdir seseorang dan bukan suatu hal yang kebetulan pula. Hal tersebut harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah mengingat jumlah korbannya yang tidak sedikit. Dari pemilu ke pemilu, KPU (Komisi Pemilihan Umum) merugalasi sistem rekapitulasi penghitungan suara dengan cara manual berjenjang mulai dari TPS hingga tingkat KPU RI (nasional).
Evaluasi Pemilu Serentak di Indonesia
Di samping beragam problematika dari sistemnya, pemilu kali ini mempunyai kelebihan yang menarik dibanding pemilu sebelumnya. Terdapat 68,7% penduduk usia produktif yang mempunyai hak suara. Golongan tersebut biasa disebut kaum milenial. Jadi, tidak heran jika banyak seruan dan ajakan bagi kaum muda untuk menggunakan hak suaranya. Kaum milenial diajak untuk berpikir kritis dalam berdemokrasi dan berpolitik.
Pepatah mengatakan, “Tidak ada yang sempurna”, pun pemilu serentak tahun 2019 ini. Tidak sempurna bukan berarti tidak baik. Dari keseluruhan, sistem pemilu serentak kali ini cukup baik. Akan tetapi, masih perlu banyak pembenahan. Pembenahan tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah. Pemerintah harus mengevaluasi jalannya penyelenggaraan dari proses awal hingga akhir.