Pandemi COVID-19 meniscayakan adanya perubahan sosial di masyarakat. Hal ini relavan dikaji dari sudut pandang sosiologi untuk melihat, mempelajari struktur sosial, proses-proses yang terjadi di masyarakat dan perubahan sosialnya sejauh ini. Jika dirunut lebih lanjut bahwa wabah COVID-19 telah menjangkit dan membersamai kehidupan masyarakat di seluruh Indonesia lebih dari enam bulan. Keadaan ini menyebabkan adanya perubahan tatanan hidup, siklus ekonomi, tingkat kesejahteraan masyarakat, produktivitas masyarakat hingga gaya hidup.
Persoalan COVID-19 tentu tidak hanya dipandang satu wajah oleh masyarakat. Pada masyarakat tertentu ada yang mempercayai bahwa COVID-19 ini sangat berbahaya melihat kasus kematian hingga saat ini (20/10/20) mencapai 12.734.[1] Sehingga mereka memiliki kesadaran yang cukup dan mematuhi protokol kesehatan yang ada.
[rml_read_more]
Akan tetapi, banyak pula masyarakat yang menganggap bahwa COVID-19 ini sebagai suatu virus yang biasa sehingga ada kecenderungan untuk menyimpangi protokol kesehatan.
Kita dapat melihat masih banyak masyarakat yang saling berinteraksi di pinggir jalan, tempat kerja, tempat makan, tempat nongkrong, tempat wisata bahkan tempat belanja sekalipun tanpa adanya social distancing dan tidak menggunakan masker atau menggunakan masker tidak tepat. Fenomena sosial ini akhirnya menjadi bagian dari pola interaksi sosial yang tidak terelakkan dalam keharusan mematuhi protokol kesehatan yang dipandang sebagai suatu pemaksaan.
Sehingga, diperlukan pendekatan yang relevan dan tepat mengingat masyarakat Indonesia secara stratifikasi sosial, tingkat pendidikan dan latar belakang kehidupan serta wilayah tempat tinggal yang berbeda-beda. Utamanya perihal pentingnya penggunaan masker sebagai salah satu cara agar tidak menularkan virus ataupun tertular virus karena adanya droplet saat berbicara, bersin, batuk atau bernafas. Menurut WHO masker sebagai pengendalian sumber saja, sedangkan untuk dapat terhindar dan melindungi diri maka perlu upaya lain sering mencuci tangan dengan benar, menjaga jarak.
Pada tataran inilah kreativitas pemerintah untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya masker sebagai proteksi siapapun sangatlah dibutuhkan dan jadi tantangan besar. Mengingat New Normal secara bertahap telah diberlakukan. Bukan berarti kasus COVID-19 akan semakin berkurang, justru semakin meningkat karena adaptasi aktivitas normal di tengah kondisi yang tidak bersahabat.
Terbukti dalam catatan Satgas Penanganan COVID-19 bahwa Indonesia kembali menuliskan sejarah penambahan kasus tertinggi sebanyak 2.719 pada kamis (27/8/20). Pada saat yang sama, menurut angka kematian pasien memecahkan rekor harian biasa mencapai 120 orang dalam sehari.