Pada 2020 ini akan dilaksanakan sebuah praktik demokrasi lokal dalam wujud pemilihan kepala daerah langsung serentak di 270 daerah di Indonesia. Beberapa poster yang bergambarkan calon dalam pilkada berjejeran di pinggir trotoar jalan. Artikel popular ini saya tulis berawal dari perjalanan saya pulang ke kampung halaman dan melihat banyaknya poster-poster elite politik di Indonesia.
Salah satunya yang terpampang nyata dalam reklame besar di pinggir jalan adalah foto Giring Nidji. Selebriti/vokalis yang sekarang menjabat sebagai plt Partai Solidaritas Indonesia ini menjadi buah bibir media-media di Indoensia. Pasalnya dalam reklame tersebut bertuliskan “Giring untuk Presiden 2024”.
Pentolan grub band Nidji ini menjadi perbincangan hangat, setelah balihonya viral di jagat media sosial. Hal ini menunjukan sebuah tren bahwa demokrasi berkah untuk semua orang tanpa mengenal kasta dan strata sosial. Siapa pun berhak menjadi bagian penting dalam suksesi politik di Indonesia. Tak terkecuali kalangan selebritis yang saat ini menjamah kerasnya kompetisi politik di Indoensia.
Selain Giring Nidji yang mengkampanyekan dirinya untuk Presiden 2024, sederet artis juga terjun berpolitik dan ikut meramaikan pilkada 2020 seperti presenter kondang Ramzi, Iyeth Bustmi, luki hakim serta musisi kondang ahmad dhani. Hal ini menjadi bukti bahwa banyaknya artis yang mengadu peruntungan baru di dunia politik.
Kehadiran selebriti dalam pertarungan politik sudah tidak menjadi hal baru di Indonesia. Agustina Hermanto alias Tina Toon merupakan salah satu selebriti tanah air yang sukses lebih dulu menjadi anggota dewan, mantan penyanyi cilik ini terpiih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta periode 2019-2024 dari Fraksi PDI Perjuangan.
Selebritis dan Politik di Indonesia
Belakangan ini muncul fenomena tentang masuknya sejumlah selebritis ternama ke dunia politik menjelang pemilihan kepala daerah 2020. Gejala ini seolah menjadi tren baru pergeseran ideologi budaya pragmatis di kalangan selebritis di Indonesia.
Menurut Douglas (Kellner, 2010) organisasi politik lebih suka memanfaatkan selebritis, dibanding mencetak kader politik sendiri yang militan sesuai ideologi partainya. Selebritis ini biasanya terkenal dari infotainment. Infotainment dijadikan sebagai ruang para artis yang sedang menanjak bahkan menjaga stabilitas popularitasnya.