Kepanikan menjadi gejala psikologis yang timbul dari rasa cemas. Beberapa psikolog meyakini bahwa rasa takut dan cemas muncul karena respon alam pikiran manusia terhadap suatu ancaman atau sesuatu yang asing.
Seseorang dapat mengalami gejala kepanikan dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti:
1. Perundungan di masa lampau
Pengalaman perundungan turut mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang. Trauma yang membuat beberapa ketakutan menjadikan seseorang khawatir terhadap suatu hal tertentu yang dikaitkan dengan kejadian yang berhubungan dengan masa lampaunya tersebut. Terganggunya perkembangan psikologis dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan otak dan kepribadian, terlebih apabila seseorang tersebut berada di fase-fase pertumbuhan (6 s.d. 18 tahun).
Pada masa inilah seorang anak sedang mengalami kemajuan yang pesat baik dari segi psikis, mental dan fisik. Apabila seseorang ini menemukan sebuah hal yang mengingatkannya pada masa lampau yang buruk, maka ia acapkali akan mengalami gejala kepanikan dan ketakutan atas rekaman memori yang ada.
2. Pernah dilecehkan
Pelecehan baik menyangkut harkat martabat maupun penyelewengan hak dan kewajiban turut mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Sejatinya, otak akan menyimpan sebuah kejadian yang direspon tidak biasa oleh tubuh melalui alam pikiran bawah sadar. Sebuah studi menjelaskan bahwasanya alam pikiran bawah sadar mempengaruhi sekitar 88 persen, sedangkan alam pikiran sadar hanya berperan sekitar 12 persen.
Pengalaman yang buruk berupa pelecehan yang terekam oleh alam pikiran bawah sadar menjadikan seseorang mengalami ketakutan terhadap suatu hal (trauma) sehingga secara perlahan akan merubah kepribadian anak tersebut. Salah satu contoh yang paling mencolok akhir-akhir ini adalah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anak dibawah umur terhadap balita. Para psikolog dan kriminolog pada awalnya menduga anak tersebut memiliki gangguan kejiwaan. Di akhir pemeriksaan, diketahui ternyata pelaku adalah korban pelecehan seksual dan saat ini sedang mengandung bayi sekitar 3.5 bulan.
3. Faktor keturunan
Faktor yang ketiga ini merupakan faktor biologis di mana kebiasaan dan sifat orang tua sebagai carrier pada si anak mengakibatkan anak mengikuti beberapa sifat dari orang tuanya. Hal tersebut dapat terjadi lantaran sifat ayah atau ibu turut mempengaruhi kepribadian anak sekitar 15 persen, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor perkembangan anak. Dari angka 15 persen ini terdapat beberapa sifat yang melekat pada anak, yang salah satunya dapat berupa ketakutan terhadap hal-hal tertentu, seperti contoh adalah gejala kecemasan sosial.
4. Faktor eksternal lain
Pada poin ini, seseorang dapat mengalami gejala kekhawatiran dikarenakan terdapat satu atau beberapa hal yang terjadi di masyarakat yang meresahkan. Perlu diketahui, ketakutan pada seseorang dapat menular kepada seseorang yang lain.
Pada kasus kali ini, kejadian sebuah pandemi mengakibatkan kepanikan yang terjadi di masyarakat atas reaksi ketakutan akan hal-hal tertentu yang mereka prediksikan, salah satunya adalah panic buying.
Panic buying sendiri adalah kejadian dimana masyarakat membeli kebutuhan pokok secara berlebihan dengan maksud memasok kebutuhan sehari-hari yang diakibatkan oleh kekhawatiran tidak dapat membeli dan mengakses kebutuhan-kebutuhan tersebut di masa depan.