Di dalam kehidupan sosial, di tempat berkumpulnya banyak orang seperti sekolah, perundungan atau bullying bukanlah hal yang baru atau menjadi rahasia lagi. Bahkan, tindakan seperti ini sering dianggap biasa dengan berbagai alasan.
Baik alasan untuk merekatkan pertemanan maupun menunjukkan siapa-siapa yang tidak boleh dilawan. Perundungan sudah menjadi senjata bagi orang-orang yang ingin menguatkan eksistensinya di dalam pergaulan dengan cara yang salah. Membiasa ataupun dianggap biasa, perundungan jadi tampak menjadi hal yang sepele dengan mengesampingkan dampak pada korbannya.
Baru-baru ini, telah terjadi perundungan terhadap siswi di salah satu SMP di Purworejo, Jawa Tengah. Video perundungan tersebut tersebar di dunia maya terhadap seorang siswi dipukul dan ditendang oleh tiga siswa lainnya. Tiga siswa yang terlihat memukul siswa dalam video sudah ditangkap oleh Polres Purworejo. Kepolisian juga telah memeriksa sejumlah saksi dan juga mengundang orang tua korban.
[rml_read_more]
Perundungan: Ironi Pendidikan di Indonesia
Perundungan adalah tindakan diskriminasi yang sangat berpotensi memberikan tekanan batin terhadap korbannya. Tidak hanya tekanan batin biasa, pada tingkat yang berat hingga depresi, seseorang yang menjadi korban perundungan bahkan bisa memutuskan untuk bunuh diri. Dampak perundungan begitu luas dan signifikan terhadap tumbuh kembang seseorang, terutama anak-anak yang masih pada tahap belajar untuk bersosial. Perundungan bisa dilakukan baik secara fisik maupun verbal, baik dilakukan di dunia nyata maupun menggunakan media sosial.
Menurut data dari KPAI, ada 41 kasus anak pelaku kekerasan dan perundungan di ranah pendidikan per tanggal 30 Mei 2018. Sungguh hal yang ironis bagi sistem pendidikan di Indonesia yang gagal menghindarkan siswa-siswanya dari tindakan diskriminatif sebagai pelaku maupun korban. Data tersebut adalah data dari kasus kekerasan dan perundungan yang masuk di KPAI, sedangkan masih banyak tindak perundungan yang tidak dilaporkan karena berbagai alasan.
Negara sebenarnya sudah memerhatikan dan menjamin mengenai hal ini. Hanya saja dalam pelaksanaannya, masih banyak orang atau anak-anak yang mencoba masih toleran atau bahkan ketakutan untuk melaporkan hal-hal seperti ini. Tidak lepas dari begitu dalamnya tekanan batin yang disebabkan dari tindakan diskriminatif itu.