Indonesia akan damai, kondusif apabila tidak ada pihak yang membuat provokasi terhadap masyarakat. Karena masyarakat akan bertindak apabila ada beberapa pihak yang telah melakukan provokasi. Suatu bangsa yang sudah merdeka tidak akan terlihat berjaya apabila masih mempercayai dengan adanya berita yang tidak benar seperti halnya hoaks yang kini semakin marak, semakin menjadi panas dikalanyan masyarakat. Untuk itu perlu adanya penyaringan berita yang didapat dengan cara jangan terburu-buru mempercayai berita yang hoaks. Karena suatu bangsa akan lemah, akan kalah apabila hoaks sudah bisa membuat masyarakat terpecah belah dengan adanya konflik yang terjadi.
Tetapi kita lihat saja dalam aksi 22 Mei 2019, sudah banyak masyarakat yang terpecah belah karena adanya provokasi yang membuat berita hoaks. Dengan adanya berita hoaks ini maka Indonesia akan hancur apabila warga negaranya hanya saling memfitnah dengan dugaan yang tidak benar.
Pada aksi Pemilu tahun 2019 ini, mengundang banyak konflik yang terjadi di Ibu Kota Jakarta. Salah satunya terjadinya makar yang salah satunya ialah oknum–oknum yang tidak bertanggung jawab yang berusaha untuk memperkeruh suasana dengan cara memprovokatori masyarakat. Hingga tak banyak masyarakat yang terpengaruh akan adanya informasi yang tidak benar adanya, dan masyarakat pun akhirnya ikut berpartisipasi untuk berdemo.
Setelah tanggal 25 Mei 2019, media sosial sudah mulai normal kembali seperti biasanya. Dalam hal ini masyarakat dimohon agar tidak menyebar berita hoaks kembali, karena mengingat betapa bahayanya penyebaran berita hoaks. Situasi dalam setiap daerah sudah membaik, sudah kondusif karena pembatasan akses Media Sosial untuk sementara waktu. Karena penyebaran berita hoaks hanya mampu membuat keresahan dalam setiap daerah dan akan saling terjadi pertumpahan darah apabila terus melakukan kegiatan aksi provokasi seperti menyebar berita yang tidak ada bukti kebenarannya atau hoaks.