Selasa, 11 April 2017 bisa dikatakan sebagai hari mimpi buruk dari Novel Baswedan. Mimpi buruk itu bahkan tak usai hingga 2 tahun lamanya. Bagaimana tidak, bagai jatuh tertimpa tangga menjadi peribahasa yang cocok menggambarkan kondisi Novel. Ia mengalami petaka penyiraman air keras sepulang beribadah Subuh di masjid dekat rumahnya. Hingga kini, pelaku penyiraman air keras tersebut nihil, walau telah dibentuk TGPF oleh Presiden.
Teka-Teki 4 April 2017
Seminggu sebelum Novel diserang, ia sempat bertemu dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di rumah dinasnya. Pertemuan tersebut didasarkan untuk mengklarifikasi isu yang beredar di masyarakat. Santer terdengar bahwa Novel dan kawan-kawan diisukan membidik Kapolri. Tentu hal itu ditepis oleh Novel karena selama ini merasa obyektif dalam bertugas.
Di hari yang sama pula, penyidik KPK, Surya Tarmiani dirampok oleh pesepeda motor tak dikenal. Kejadian ini terjadi di tengah malam saat Surya pulang ke kosnya di Jakarta Selatan. Perampok tersebut mengambil tas ransel milik Surya yang berisi sejumlah bukti perkara suap Basuki Hariman.
Kolaborasi Tempo, Tirto.id x IndonesiaLeaks Menguak ‘Buku Merah’
Keberanian media Tempo dan Tirto.id bersama IndonesiaLeaks patut diacungi jempol. Pada Rabu (16/10/2019) media tersebut mengungkapkan ke publik detik-detik perusakan barang bukti Buku Merah oleh dua orang Penyidik KPK yang diketahui berlatar belakang Kepolisian. Pada video yang diupload Tirto.id di channel youtubenya https://youtu.be/gBCgV2VeTdU, terdapat Harun dan Roland Ronaldy terekam kamera CCTV di Ruang Kolaborasi lantai 9 Gedung KPK merusak isi Buku Merah.