Seni dan teknologi sering dianggap berasal dari dua dunia yang berlawanan. Teknologi dianggap mekanis, terpisah dan murni fungsional sedangkan seni dianggap emosional, manusiawi dan ekspresif. Namun akhir-akhir ini terjadi pertemuan antara kedua ranah tersebut yang termuat dalam bentuk seni kecerdasan buatan yang menggunakan sistem artificial intelligence (“AI”) melalui inovasi Generative Artificial Intelligence (“Generative AI”), sehingga membentuk keretakan persepsi masyarakat terhadap realitas baru tersebut.
Sebuah fakta yang sulit ditepis, keterlibatan Generative AI membuat transisi cepat dari teknologi masa depan ke teknologi yang mengelilingi kita dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari mengambil gambar yang sempurna, membuat gambar dari teks yang kita tulis hingga memprediksi apa yang dapat kita katakan. Selanjutnya, dalam kolom pencarian di platform dunia maya, kecerdasan buatan dimasukkan ke dalam produk dan layanan yang kita gunakan setiap hari untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik.
Generative AI vs Industri Kreatif
Dewasa ini, aplikasi Generative AI seperti ChatGPT, Craiyon, dan Midjourney mulai “mengancam” secara signifikan dalam mengubah karya kreatif. Popularitas Generative AI pun menyadarkan kita akan fakta bahwa manusia bukan lagi satu-satunya sumber karya kreatif. Penggunaan Generative AI untuk membuat konten di industri kreatif mulai merambah masuk mulai dari sektor musik, seni, mode, dan film.
Model Generative AI secara konsisten belajar dari kumpulan data besar dan umpan balik pengguna, dan dapat menghasilkan konten baru dalam bentuk teks, gambar, dan audio atau kombinasi dari semuanya. Pekerjaan yang berfokus menyampaikan konten menulis, membuat gambar, membuat coding, dan pekerjaan lain, terutama dalam industri kreatif yang biasanya membutuhkan intensitas pengetahuan dan informasi kini tampaknya secara langsung dipengaruhi oleh Generative AI.
Peranan Generative AI dapat membantu produksi dengan melakukan tugas-tugas yang terlalu sulit atau memakan waktu bagi manusia. Kemajuan positif ini selain berkontribusi terhadap rantai nilai di seluruh ekonomi kreatif, terdapat dampak negatif yang mengiringi. Misalnya, disinformasi dan misinformasi di media sosial diperparah oleh algoritma yang mendorong mekanisme viral dan sharing. Akibatnya, tingkat tanggung jawab pengembang AI sering diperdebatkan.
Kemenangan Generative AI
Awal “demam” seni artificial intelligence dimulai pada tahun 2018 ketika “Potrait of Edmond de Belamy” yang dihasilkan melalui algoritma AI terjual seharga $432.000 menurut Forbes (2021). Pro dan kontra terkait penciptaan karya seni berlanjut ketika karya visual Jason Allen, “Theatre D’Opera Spatial” memenangkan di kompetisi seni tahunan Colorado State Fair, di Amerika Serikat pada September 2022 silam untuk kategori seni digital. Karya visual “Theatre D’opera Spatial” dibuat melalui salah satu platform Generative AI, yaitu Midjourney.
Allen sejatinya bukan seniman, melainkan seseorang yang terobsesi menggunakan Generative AI dan mengagumi betapa indah dan realistis gambar yang dihasilkannya sehingga ia bereksperimen dengan ‘mesin-mesin’ Generative AI seperti DALL-E 2, Midjourney, dan Stabble Diffusion.