Salah satu contoh yang paling mudah adalah ketika Edward Snowden mengumumkan ke publik tentang aksi spionase oleh Pemerintah Amerika Serikat dalam bentuk penyadapan terhadap komunikasi kepala negara di banyak negara. Alhasil, Amerika Serikat saat itu menjadi musuh bersama negara-negara korban spionase yang dilakukannya, tidak terkecuali Prancis dan Jerman. Kedua negara itu menaruh kepercayaan penuh terhadap Amerika Serikat karena loyalitasnya terhadap sesama negara sekutu. Namun, setelah itu, kepercayaannya runtuh dan meminta Barack Obama agar membuat pernyataan resmi berisi klarifikasi atas apa yang dilakukan intelejennya terhadap negara-negara sekutu.
Setelah kejadian tersebut, beberapa hari kemudian Jerman membatalkan perjanjian kerja sama dengan Amerika Serikat dan Inggris. Langkah Jerman tersebut menyusul bocornya program rahasia Pemerintah Amerika Serikat yang memata-matai negara sekutunya tersebut. Rencana serupa akan diberlakukan juga terhadap Prancis. Perjanjian yang dimaksud adalah kesepakatan 1968-1969 pada masa Perang Dingin yang memberikan izin kepada negara-negara Barat menempatkan pasukan di Jerman untuk menghadapi Blok Timur.
Bagi rakyat Jerman, terbongkarnya operasi mata-mata Amerika Serikat sungguh merisaukan hati. Praktik itu merupakan pelanggaran privasi yang sangat dijunjung tinggi dalam kultur kehidupan rakyat di negara-negara Barat. Karena itu, reaksi Jerman begitu keras untuk menunjukkan kepada rakyatnya bahwa Pemerintah Jerman tidak mengabaikan begitu saja perjanjian dan kegiatan mata-mata AS tersebut; meskipun perjanjian itu sudah kehilangan “taji”nya karena bukankah perang dingin sudah lama usai?