Debora bayi berusia empat bulan harus meregang nyawa akibat keterlambatan penanganan medis oleh pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres. Putri dari pasangan Henny Silalahi dan Rudianto Simanjorang akhirnya meninggal diduga dikarenakan tidak mendapat penanganan optimal oleh Rumah Sakit Mitra Keluarga di kawasan Kalideres, Jakarta karena keluarga korban bayi Debora tidak dapat membayar uang muka biaya pengobatan.
Kronologi Kasus Debora
“Sudah kurang lebih seminggu bayi saya pilek dan batuk-batuk,” kata Henny dan pada Sabtu malam, Debora mengeluarkan keringat terus menerus sampai pukul 03.00 pagi, saya melihat Debora mulai sesak napas, tanpa pikir panjang saya langsung membangunkan suami untuk menghantar Debora ke rumah sakit terdekat, yakni RS Mitra Keluarga Kalideres.
Sesampainya di sana, Dokter jaga saat itu Irene Arthadianty Indrajaya, langsung melakukan tindakan medis pertolongan pertama dengan melakukan penyedotan (suction). Pada saat itu Debora dipasangi berbagai macam alat medis seperti monitor, infus, uap dan sudah diberikan obat-obatan, sampai pada pukul 03.30 debora dapat bernafas dan menangis kencang. Setelah kejadian tersebut dokter Irene, menganjurkan untuk penanganan secara maximal Debora harus masuk Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dikarenakan usia Debora.
Suami Rudiantopun segera bergegas untuk menghadap dan mengurus bagian administrasi agar bayinya dapat disembuhkan, namun sesampainya di bagian administrasi Rudianto disodori pembiayaan uang muka fasilitas tersebut sebesar Rp.19.800.000. Naas pada saat itu pasangan tersebut hanya mempunyai uang sebesar Rp.5.000.000. Hal ini mengakibatkan pengembalian uang tersebut dikarenakan uang tersebut kurang dan Debora tidak bisa masuk PICU.
Segala upaya dari pasangan tersebut sudah dilakukan, sampai memohon sangat kepada pihak rumah sakit untuk memberikan kebijakan mengenai biaya fasilitas yang kurang. Sayangnya oleh dokter, Rudianto dan Henny malah hanya dibuatkan surat rujukan ke ruamh sakit lain yang memiliki fasilitas PICU dan menerima Akses kerja sama penggunaan Kartu BPJS Kesehatan.
Selanjutnya sekitar pukul 09.00, saat itu Henny di hubungi kerabatnya mengenai ketersediaan ruang PICU di RS Koja, tanpa pikir panjang saat itu Henny pun menelfon dokter anak di RS Koja dan terhubung dengan Dokter Irfan, namun, telpon tiba-tiba terhenti saat suster yang menjaga Debora datang dengan Panik, “Feeling saya sudah tidak enak, kurang lebih lima menit, saya dipanggil masuk, dan saya melihat wajah Debora yang sudah pucat, dan mata sudah ke atas,” kata Henny.
Monitor jantung sudah menunjukan garis lurus, Henny dan suami hanya bisa memegangi tangan Debora, dan meminta untuk Debora bertahan, pada saat itu Dokter dan suster pun menyerah, mereka langsung pergi meninggalkan Debora, suster hanya berkata mereka TURUT BERDUKA CITA.