Di sisi lain, para pemimpin Eropa mendukung Macron dan mengkritik serangan terhadap Prancis, terutama Turki. Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Mass menggambarkan serangan pribadi erdogan terhadap Macron sebagai “serangan baru”. Perdana Menteri Italia, Belanda dan Yunani juga menyatakan dukungannya untuk Prancis. Beberapa pejabat Uni eropa mengecam komentar erdogan. Komisi eropa memperingatkan erdogan bahwa komentarnya itu akan semakin menyulitkan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Pada tanggal 29 Oktober 2020, terjadi penusukan tiga warga Prancis di gereja basilika Notre Dame di Nice, Prancis. Serangan itu diduga dilakukan oleh Brahim Aioussaoi (21), pemuda asal Tunisia. Tragedi ini dianggap merupakan reaksi atas penunjukan kartun Nabi Muhammad SAW. Berselang dua hari kemudian, serangan kembali terjadi di Prancis. Kali ini serangan terhadap seorang Pastor Ortodoks Yunani. Ia terluka parah dalam penembakan di kota Lyon, Prancis. Menurut Macron pembunuhan itu sebagai “serangan teroris Islam“ dan ia mengerahkan ribuan tentara tambahan untuk melindungi situs publik termasuk tempat ibadah. Macron menegaskan bahwa Prancis tidak akan takut dengan tindakan terorisme dan Prancis akan tetap memegang nilai-nilai sekularisme dan liberalisme.
Di Indonesia, Presiden Jokowi Widodo mengecam pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Menurutnya, pernyataan Macron bisa memicu perpecahan antar umat beragama di dunia. Padahal, saat ini sesama umat membutuhkan persatuan untuk menghadapi pandemi COVID-19. Selain itu, mengaitkan agama dengan tindakan terorisme adalah sebuah kesalahan besar. Dia menegaskan, terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apa pun. Berbagai bentuk penolakan terhadap pernyataan Presiden Macron juga terjadi di masyarakat Indonesia.
Di tengah banyak aksi penolakan dan kecaman atas pernyataan Presiden Macron, ternyata ada hal baik yang terjadi, khususnya di Prancis sendiri. dilansir dari hajinews.id jumlah mualaf di Prancis terus mengalami peningkatan. Banyak ahli mencatat pengaruh para mualaf, terutama dari pemain sepak bola.
Penutup
Pernyataan kontroversial Macron memang menjadi sorotan di dunia Internasional. Sikapnya yang dinilai telah menyakiti dan menyulut api kebencian umat muslim di Prancis ataupun dunia memberikan dampak yang besar di dunia dan di negaranya sendiri, Prancis. Pada intinya, permasalahan yang kompleks, adanya kesalahpahaman atau pandangan yang keliru, dan benturan-benturan antara kepentingan menyebabkan sesesorang, sejumlah, sekelompok atau bahkan umat Islam di dunia merasa terintimidasi dan kehilangan HAM secara otomatis. Berbagai bentuk penyerangan terorisme yang terjadi di Prancis merupakan tindakan yang melanggar HAM yang perlu dikecam dan mendapat perlakuan hukum yang pantas.
Akan tetapi, penerbitan karikatur Nabi Muhammad SAW. yang dianggap tabu dan tidak boleh di Agama Islam dengan dalih kebebasan berpendapat serta mengaitkan umat Islam dalam berbagai serangan teroris merupakan suatu pelanggaran SARA dan HAM yang lebih besar lagi. Semoga permasalahan ini segera mereda dan mengembalikan rasa persaudaraan dan persatuan antar umat beragama di dunia internasional. Sebaiknya dan semestinya, manusia-manusia di tatanan dunia internasional lebih baik dan bijak lagi dalam menyikapi suatu peristiwa agar kejadian yang menimpa umat muslim di Prancis tidak terulang lagi demi terwujudnya masyarakat internasional yang damai.
Sumber
Artikelpendidikanid. November 2020. “Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Para Ahli”. Artikel Pendidikan. https://artikelpendidikan.id/pengertian-hak-asasi-manusia-ham/
Declaration Universal of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia)
Kontan.co.id. November 2020. “Kecam Pernyataan Presiden Prancis, Berikut Pernyataan Lengkap Jokowi”.https://nasional.kontan.co.id/news/kecam-pernyataan-presiden-prancis-berikut-pernyataan-lengkap-jokowi-1
Hajinews.id. November 2020. “Gara-Gara Macron, Jumlah Mualaf di Prancis Naik Dua Kali Lipat”. https://hajinews.id/2020/11/09/gara-gara-macron-jumlah-mualaf-di-prancis-naik-dua-kali-lipat/