Saat itu, Macron menyampaikan pernyataan tentang ancaman kelompok radikal Muslim yang ingin mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekularisme di Prancis. Dia menyatakan bahwa agama Islam sebagai agama radikalisme dan terorisme. Selain itu, Presiden Prancis tersebut tetap mengijinkan penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad SAW yang sempat menuai kecaman umat muslim sedunia. Menurutnya, Prancis memiliki kebebasan berekspresi.
Pernyataan tersebut tentunya menimbulkan berbagai respon dari masyarakat dunia. Respon tersebut berupa respon negatif dari negara-negara Arab dan mayoritas muslim. Namun, tidak sedikit juga negara yang membela tindakan presiden tersebut. Sikap Macron terhadap muslim tentunya sangat melukai dan tidak menghormati hak–hak umat Islam. Berbagai kecaman muncul sebagai bentuk penolakan terhadap pelanggaran hak-hak manusia. Tindakannya mencerminkan rendahnya rasa toleransi dan pemecahan kasus dalam sudut pandang negatif yang dapat menyulut api kemarahan di seluruh dunia yang pada akhirnya perbuatannya tersebut menimbulkan seruan boikot produk Prancis dari berbagai negara di dunia.
Pembahasan
Keputusan dan sikap kontroversial yang diambil oleh Presiden Macron didasari oleh suatu peristiwa. Kronologi bermula saat seorang guru di Prancis, Samuel Paty dibunuh remaja berusia 18 tahun asal Chechnya pada 16 Oktober 2020. Guru tersebut dibunuh usai menunjukan gambar kartun Nabi Muhammad SAW. kepada murid-muridnya, sebab hal itu dilarang dalam kepercayaan agama Islam. Saat itu, Samuel Paty mengajar di kelas kebebasan berpendapat. Ia menunjukan karikatur Nabi Muhammad SAW.
Kartun tersebut telah diterbitkan oleh Majalah Satir Charlie Hebdo pada tahun 2015. Otoritas Perancis telah menahan sembilan orang sehubungan dengan peristiwa pembunuhan Samuel Paty. Sejumlah negara muslim mengecam aksi “menunjukan karikatur Nabi Muhammad SAW.” yang dilakukan Samuel. Aksi tersebut dianggap “menistakan” umat Muslim dunia. Presiden Prancis, Emmanuel Macron merespons dengan menyampaikan pembelaan penuh semangat terhadap kebebasan berbicara dan nilai-nilai sekuler yang berlaku di Prancis. Dia langsung memerintahkan supaya aparat keamanan mengawasi sejumlah organisasi masyarakat Muslim, dan menutup sejumlah masjid yang diduga menyebarkan paham radikal.
Tidak lama berselang, Macron kembali memantik perdebatan setelah menyampaikan pernyataan pada 23 Oktober 2020. Dia mengatakan Islam adalah ”agama yang mengalami krisis di seluruh dunia”. Macron juga merencanakan RUU baru untuk memerangi kelompok Islamis. Macron mengatakan bahwa kelompok Islamis telah menciptakan budaya paralel di Prancis yang menolak nilai-nilai, adat istiadat, dan hukum negara tersebut.
Pernyataan Macron ditanggapi oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Dia mengatakan Macron harus memeriksakan kesehatan jiwanya akibat melontarkan pernyataan tersebut. Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan menuduh Macron “menyerang Islam” akibat pernyataan tersebut. “Sangat disayangkan bahwa dia memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi kulit putih, atau Ideologi Nazi” ucap Khan.
Arab Saudi, turut mengecam Prancis dengan mengatakan penolakan terkait gambar “ofensif” dari Nabi Islam mana pun. Negara-negara Islam mengutuk pernyataan Macron dan karikatur Nabi Muhammad SAW. Berbagai negara Islam menyerukan pemboikotan barang-barang Prancis. Negara Yordania, Kuwait, dan Qatar telah memindahkan barang-barang Prancis dari rak-rak toko. Ada juga protes yang diadakan di Irak, Suriah, Libya, Jalur Gaza, dan Bangladesh.